follow me on twittaah

Friday, July 29, 2011

outsider

Halo lagi semua !, yang mau gue bahas kali ini cukup menarik nih. Outsider. Dalam bahasa indonesia berarti orang luar. Dalam bahasa psikologi bisa dibilang out group (dalam teori in-out group atau teori kelompok) dan dalam bahasa lainnya, menurut gue, outsider disini kalo di budaya barat bisa kita sebut dengan geek. Beda dengan nerd atau orang aneh, geek ini secara ga langsung adalah contoh outsider. dalam sosial dia ini ada, tapi kayak ga keliatan. Dengan kata lain. Kayak ga dianggap. Menarik kan ?

Pertanyaan menjebak nih, pernah ga kalian ngerasa kayak gitu ?, di lingkungan terdekat aja. Ga harus malu untuk mengakuinya. Gue berani ngomong kalo semua orang itu seenggaknya pernah jadi outsider.  Turis di negeri orang juga outsider lho, selama kalian berbeda sendiri dengan yang lainnya, dan seperti ada tapi ga ada, itu outsider. Kalian tahu, kadangkala being an outsider itu better daripada jadi orang yang suka cari muka. Atau muka dua. Dan muka-muka yang lainnya. Perasaan ini kadang diremehkan. Oiya sekali lagi outsider itu nyangkutnya ke perasaan. Kasarnya. Ketika lo bergaul sama seseorang atau sebuah grup, lo dianggap ga ?, baik secara ada, manfaat, dan respek. Itu indikatornya menurut gue. Simpel nih gini penjelasannya.

Pertama secara ada yah. Ada ya pertama berarti fisikli ada. Nyambungnya ke entah lo diajak ngobrol, ditanggapi, diajak komentar, atau merasa bisa komentar dll. Ini balik lagi ke perasaan lo. Ketika kalian ngumpul. Lo merasa lo ada disana ga sih ?, kasarnya totally nyambung ga sih sama mereka ?. Dianggap ada ga lo ?, atau siapa tau ada ga ada lo sama aja bagi mereka. Itu yang lo harus cari tau. Bukan berarti jadi mikir kalo mereka harus butuh lo, engga. Ini entar nyambungnya bakal ke respek. Dimana suatu kelompok yang baik. Gue sambungin sama pertemanan yah. Pertemanan yang baik itu saling menghargai. Saling membutuhkan. Keliatan simpel kan yah ?.

Ketika lo ga ada beberapa saat. Apa sih yang terjadi disana ? --> ini pertanyaan yang paling penting buat ngejawab apakah lo bener 'ada' dalam kelompok mereka. Kelompok yang juga lo akui sebagai kelompok lo. Inget saling membutuhkan. Mau sindiran ?, lo liat dan pahami tagline 'sampoerna hijau' --> ga ada lo ga rame.

Yang kedua itu segi manfaat. Balik lagi ke perasaan nih. Lo merasa dibutuhkan ga sama kelompok lo. Apa yang udah lo kasih buat mereka dan begitu pula sebaliknya. Timbal balik disini logika yah. Secara perasaan emang gaboleh gitu, tapi kalo lo pikir secara logika itu bakal kayak gitu. Manfaat lo disana apa ?, entarnya bakal balik lagi ke pertanyaan, lo dibutuhkan ga disana ?, masuk lagi ke indikator lo 'ada' ga disana ?. Bener-bener ada ga ?.
Yang ketiga nih yang sebenarnya secara umum nyangkut 2 indikator atau aspek diatas. Yaitu respek. Atau respect. Dihargai ga elo disana, sejalan dengan elo menghargai mereka ?. Ini elemen terpenting, tanpa respek. Lo bukan apa-apa di sebuah kelompok. Ini ga cuma kena ke perasaan, tapi ke logika juga. Mungkin terlalu panjang lebar penjelasan tentang respek ini. Intinya respek adalah.apakah lo dihargai ?, bukan secara fisik, dan perasaan aja, tapi juga manfaat, komentar, bahkan hal terkecil kayak senyum lo dan semuanya tentang hubungan lo sama kelompok elo. Respek adalah yang paling keliatan simpel. Tapi terpenting.
Outsider itu bukan cuma penilaian mereka terhadap elo. Tetapi juga elo terhadap kelompok mereka. Se-denialnya elo, atau senolaknya elo terhadap kenyataan bahwa lo itu outsider. Hati lo ga akan bohong. Perasaan lo ga akan pura-pura bilang kalo lo nyaman sama mereka padahal engga. Sori Mie se**p. Iklan lo gue bantah kali ini. Dalam hal ini lidah bisa boong. Bisa banget.


Percaya atau engga, di beberapa budaya, sistem in group dan out group itu masih berlaku. Dan kalo gue pikir lagi. Pasti berlaku. Kita lihat dari hal yang paling kecil, in dan out di antara fans sepakbola. Atau in dan out diantara kelas didalam sekolah. Misalnya aja nih, gue anak ips, dia ipa, ips anti ipa, ipa alay dan lain-lain. Itu yang ngebuat anak ips (misal). Analisisnya gini. Anak ips membuat lingkup in group sendiri, sesama anak ips. Anak ipa adalah out. Segala yang out itu ga akan lebih baik dari in. Gitu prinsip kasarnya in group yang berlebihan. Lebih kasarnya lagi, pertemanan, hubungan kelompok, yang berlebihan. seolah-olah didasari oleh solidaritas, saudara, persamaan senasib tapi padahal kalo lo teliti lagi. Adalah analisa manfaat. Analisa manfaat tuh ketika lo mendekati orang karena ingin cari untung buat kita dari mereka.Gue berani bilang orang yang berkumpul dengan temen sehobinya juga bisa dibilang pake teori manfaat ini. Emang harus yah manfaat tuh ?, bukannya itu pamrih ?, pertemanan,persahabatan, persaudaraan, itu ga pamrih kan ?. Coba lo pikir. Bebas mau pake perasaan mau pake logika. Sama jawabannya menurut gue.

Balik lagi ke kelompok. Manusia itu unik. Unik itu perbedaan. Tapi kalau ada pebedaan pasti ada persamaan. Dan kalo ada lagi persamaan. Sekecil apapun. Pasti akan ada kelompok. Saking banyaknya manusia di dunia dan perbedaannya. Kita ga akan bisa hidup individual menyendiri dan menghindari kelompok. manusia kan makhluk sosial. Tapi juga harus hati-hati dengan kelompok. Perbedaan kecil, becanda yang kelewataan emang wajar dalam pergaulan. Tapi kan tapi ya, ketika lo mau ngomong ke orang itu harus dikaji. Kalo mau berpendapat itu harus dipikir. kayak setiap kata yang gue selalu taro di Post gue. Berpikir objektif. Orang lain juga ngerasain hampir sama apa yang kita rasain. Makanya lo mikir kalo mau ngapa-ngapain, di lain pihak orang lain itu enak ga digituin ?. Lo kalo digituin enak ga ?

Kalo lo nyebut anak-anak. Atau kelompok lo. Lo mikir deh. Lo harus hati-hati kalo nyebut kata anak-anak, barudak dan sejenisnya. Karena mereka tuh siapa ?. Anak-anak atau kelompok lo tuh banyak. Emang lo bisa ngitung jumlah kelompok yang pernah lo masukin sengaja ga sengaja. Jumlah orang yang pernah lu kenal ?. Susah kan. Hati-hati dalam penyebutan kata itu. Kata anak-anak itu sangat ambigu. Kalo lo liat lagi secara hati lo bisa tanya dirilo. Lo nganggep mereka anak-anak lo, atau kelompok lo. Mereka gimana ?. Atau kalo ada yang ga keanggap padahal ada. gimana kalo besok-besok lo mention aja semua orangnya. Mudah kan ?. Atau pake nama temen yang paling eksis ditambah dkk. Misal main sama jono dkk. Lebih enak kan ke dkk-nya jono daripada main sama anak-anak ?. Kecuali lo ngomong anak-anak dengan 'refer to' yang jelas.

Kepanjangan nih. Ngebahas kelompok mah ga akan beres. Persepsi orang beda-beda. Intinya mah kaan udah banyak tuuh peraturan untuk mempersatukan manusia. Dari yang paling kecil sampe ada pbb juga. Banyak lah. Ya buat mengurangi dampak solidaritas gila kelompok ini juga. Makanya juga ada kan say no to racism dan lain-lain kan. Itu untuk mencegah sistem in-out group yang super keras dan berlebihan. Keras disini ga cuma fisik tapi juga hati. Ya. Perasaan. Hati-hati sama hati. Waspada sama perasaan. Fisik bisa lo betadine sembuh. Lah hati ?

Akhir kata. Salam psikolokibooo. Nanti kita bahas lagi yah tentang ini. Daaaaw :D

No comments:

Post a Comment

comment on me, i'd love to read that :)