menjelang subuh. biru

Suram. Dilema. Kenyamanan. Suka dan tawa yang kurasa ketika melihat namanya.

Entah hanya tulisan unyu di social network kita sampai sebuah sindiran dari teman lama

Tak tahulah diriku, tak terbayang jika kubisa melihat dirinya lagi

Terbuai kumemandang,terlena kumerasa. 

Hina memang hina sepertinya aku. Tapi tak kupedulikan. 

Disini. Di dada ini, hati ini, cuma dia. Satu. Dia.

Malam ini mataku tak lepas memandang layar handphoneku. 

Terus berdendang entah tanda dari sms, email, jejaring sosialku, atau mungkin messangerku.

Tak henti tawa, duka, silih bergantian dari wajahku. Hingga akhirnya kulihat ukiran namanya di jejaring sosialku. Lalu apa yang terjadi ?, termenung aku dibuatnya. Terbuai dan terbang semua kenangan dahulu. Muncul bagai benang sari yang mekar dari kuncup bunga.

Kubiarkan angan, mimpi dan kenanganku melayang. Ku terus berdoa yang terbaik untuknya. Aku tak tahu, aku tak rasa. Apapun. Kecuali dirinya. Blank dan hampa. Sungguh tidak jelas dan tidak terdefinisikan.

Lama tidak kurasa ini. Anda dia dan kamu yang bisa buatku seperti ini. Gila kalau kau tahu, dilema kalau kau rasa. Cintaku padamu lebih dari hashtag anjinggombal di sebuah jejaring sosial. Atau lebih efisien dari kritik orang-orang organisasi sosial terhadap salah satu jejaring sosial dunia. Atau malah ?! Lebih kronis dari korupsi yang melanda negeri ini.

Ironis bukan. Aku tak tahu ini apa. Bahkan sedikit gerakan menyungging bibirmu, atau mungkin tawa tidak ikhlasmu, bisa menenangkanku. Bagai doping kurasa. Aku butuh itu. Aku mau itu.

Tuhan hentikan segala ini. Entah ini sebuah rasa, ke'tahu'an atau apapun namanya aku tidak peduli. Hentikan bila akhirnya kutak bersamanya, dan bantu aku. Dekatkan. Bila ini mempunyai akhir yang akan bahagia. Lelah ini perlahan membunuhku. Kehampaan ini mencabik-cabikku. Dan kesendirian ini menggerogoti tubuhku. Tolong siapapun. Tolong.

#there's 1 thing, 2 say, those 3 words, 4 you *plainwhite's